Pemuda dan Sosialisasi

 


Tugas Ilmu Sosial Dasar
RANGKUMAN
PEMUDA dan SOSIALISASI

      1. INTERNALISASI BELAJAR dan SPESIALISASI

Orientasi Mendua

            Menurut Dr.Male, orientasi mendua adalah orientasi yag bertumpu pada harapan orang tua, masyarakat, dan bangsa yang sering bertentangan dengan keterikatan serta loyalitas terhadaap peer (teman sebaya, apakah itu di lingkungan belajar (sekolah) atau di luar sekolah.

            Sementara itu, menurut Zulkarimen Nasution mengutip pendapat ahli komunikasi J.Kapper dalam bukunya The Effect of Mass Communication mengatakan kondisi bimbang yang dialami para remaja menyebabkan mereka melahap semua isi informasi tanpa seleksi.

            Dengan demikian, mereka adalah kelompok potensial yang mudah dipengaruhi media massa apapun bentuknya.

            Keadaan bimbang akibat orientasi mendua, menurut Dr. Malo juga menyebabkan remaja nekad melakukan tindak bunuh diri. Dengan mengutip hasil penelitian Dr.Prayitno mengenai Percobaan Bunuh Diri di Jakarta dalam hubungannya dengan diagnosis psikiatris dan faktor sosial kultural terhadap 1337 kasus percobaan bunuh diri di 13 RSU Jakarta 1982/1983.

Enoch Markum menawarkan dua alternatif pemecahan masalah. Pertama, mengaktifkan kembali fungsi keluarga dan kembali pada pendidikan agama karena hanya agama yang bisa memberikan pegangan yang mantap. Kedua, menegakkan hokum akan berpengaruh besar bagi remaja dalam proses pengukuhan identitas dirinya.

            Peran Media Massa
                        Menurut Zulkarimen Nasution, dewasa ini tersedia banyak pilihan isi informasi. Dengan demikian, kesan semakin permisifnya masyarakat juga tercemin pada isi media yang beredar.
Sementara masa remaja yang merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai beberapa ciri. Pertama, keinginan memenuhi dan menyatakan identitas diri. Kedua, kemampuan melepas diri dari ketergantungan orang tua. Ketiga, kebutuhan memperoleh akseptabilitas di tengah sesame remaja.
Ciri-ciri ini menyebabkan kecenderungan remaja melahap begitu saja arus informasi yang serasi dengan selera keinginan mereka.
Sebagai jalan keluar,  perlunya membekali remaja dengan keterampilan berinformasi yang mencakup kemampuan menemukan, memilih, menggunakan dan mengevaluasi informasi. Keterampilan ini ada baiknya disisipkan lewat pelajaran yang ada di sekolah.
Di samping itu juga dengan melakukan intervensi ke dalam lingkungan informasi secara interpersonal. Pemecahan lainnya adalah bimbingan orang tua dalam mengkonsumsi media massa.

Perlu Dikembangkan
            Kakanwil Depdikbud DKI Jakarta, Drs.E.Coldenhoff melihat pengembangan sekolah sebagai masyarakat, perlu ditangani secara konprenhensif dan terpadu. Ia juga berpendapat, jalur kurikuler dan ekstrakurikuler pada hakikatnya saling menunjang dalam pembentukan kepribadian dan pengarahan pada remaja.
            Masalah kepemudaan dapat ditinjau dari 2 asumsi, yaitu       :
1)    Penghayatan mengenai proses perkembangan bukan sebagai suatu kontinum yang sambung menyambung tetapi fragmentaris, terpecah-pecah dan setiap fragmen mempunyai artinya sendiri-sendiri. Pemuda dibedakan dari anak dan orang tua masing-masing fragmen itu mewakili nilai sendiri.
Dinamika pemuda tidak lebih dari usaha untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola kelakuan yang sudah tersedia dan setiap bentuk kelakuan menyimpang akan dicap sebagai anomalis yang tak sewajarnya.
2)    Posisi pemuda dalam arah kehidupan itu sendiri. Tafsiran-tafsiran klasik didasarkan pada anggapan bahwa kehidupan mempunyai pola yang banyak sedikitnya. Sudah tentu dan ditentukan oleh mutu pemikiran yang diwakili oleh generasi tua yang bersembunyi di balik tradisi. Dinamika pemuda tidak dilihat sebagai bagian dari dinamika atau lebih tepat bagian dari dinamika wawasan kehidupan.

Hal ini disebabkan oleh suatu anggapan bahwa pemuda tidak mempunyai andil yang berarti dalam ikut mendukung proses kehidupan bersama dalam masyarakat. Pemuda dianggap sebagai obyek dari penerapan pola-pola kehidupan dan bukan sebagai subyek yang mempunyai nilai sendiri.


  2.   PEMUDA dan IDENTITAS

Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya.
Di samping menghadapi berbagai permasalahan, pemuda memiliki potensi-potensi yang melekat pada dirinya dan sangat penting artinya sebagai sumber daya manusia. Oleh karena itu, berbagai potensi yang dimiliki generasi muda ini harus digarap, dalam arti pengembangan dan pembinaannya harus sesuai dengan asas, arah dan tujuan pengembangan serta senantiasa bertumpu pada strategi pencapaian tujuan nasional sebagaimana terkandung di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV.
Proses sosialisasi generasi muda adalah suatu proses yang sangat menentukan kemampuan diri pemuda untuk menselaraskan diri di tengah-tengah kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu, seorang pemuda harus mampu menseleksi berbagai kemungkinan yang ada sehingga mampu mengendalikan diri dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat dan tetap mempunyai motivasi yang tinggi.

     a. Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda

Pola dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 0323/U/1978 tanggal 28 Oktober 1978.
Pola Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda adalah agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-benar menggunakan sebagai pedoman sehingga pelaksanaannya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud.
Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi muda disusun berlandaskan            :
1)    Landasan indiil                     : Pancasila
2)    Landasan konstitusional      : Undang-Undang Dasar 1945
3)    Landasan strategis              : Garis-garis Besar Haluan Negara
4)    Landasan Historis                : Sumpah Pemuda tahun 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945
5)    Landasan normatif               : Etika, tata nilai dan tradisi luhur yang hidup dalam masyarakat.
Atas dasar kenyataan di atas diperlukan penataan kehidupan pemuda karena pemuda perlu memainkan peranan yang penting dalam pelaksanaan pembangunan. Hal tersebut mengingat masa depan adalah kepunyaan generasi muda. Kepekaan terhadap masa dating membutuhkan pula kepekaan terhadap situasi-situasi lingkungan untuk dapat merelevansikan partisipasinya dalam setiap kegiatan bangsa dan negara. Untuk itu pula kualitas kesejahteraan yang membawa nilai-nilai dasar bangsa merupakan factor penentu yang mewarnai pembinaan generasi muda dan bangsa dalam memasuki masa datang.
Tanpa ikut sertanya generasi muda, pembangunan ini sulit berhasil bukan saja karena pemuda merupakan lapisan masyarakat yang cukup besar, tetapi yang lebih penting kegairahan dan kreatifitas pemuda maka pembangunan bangsa kita dalam jangka panjang dapat kehilangan kesinambungannya.
Dalam hal ini, Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda menyangkut dua pengertian pokok, yaitu   :
a)    Generasi muda sebagai subyek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang telah memiliki bekal-beka; dan kemampuan serta landasan untuk dapat mandiri dalam keterlibatannya secara fungsional bersama potensi lainnya guna menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara serta pembangunan nasional.
b)   Generasi muda sebagai obyek pembinaan dan pengembangan ialah mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan-kemampuannya ke tingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan fungsional.

  

    b. Masalah dan Potensi Generasi Muda 

1)    Permasalahan Generasi Muda

Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain    :
a)    Dirasa menurunnya jiwa idealism, patriotism, dan nasionalisme di kalangan masyarakat termasuk generasi muda.

b)    Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.


c)    Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun non formal.

d)    Kurangnya lapangan kerja/kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran/setengah pengangguran di kalangan generasi muda dan mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.


e)    Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan di kalangan generasi muda.

f)     Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat pedesaan.

g)    Pergaulan bebas.

h)   Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkoba.
2)    Potensi-Potensi Generasi Muda

Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda perlu dikembangkan adalah :
a)    Idealisme dan daya kritis
Idealisme dan daya kritis perlu untuk senantiasa dilengkapi dengan landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.
b)    Dinamika dan kreatifitas
Potensi kedinamisan dan kreatifitas yakni kemampuan dan kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan-kekurangan yang ada atau pun mengemukakan gagasan-gagasan/alternative yang baru.
c)    Keberanian mengambil resiko
Generasi muda dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung resiko, kesiapan pengetahuan, perhitungan dan keterampilan dari generasi muda akan memberi kualitas yang baik kepada keberanian mengambil resiko.
d)    Optimis dan kegairahan semangat
Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah semangat. Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda akan merupakan daya pendorong untuk mencoba maju lagi.
e)    Sikap kemandirian dan disiplin murni
Sikap kemandirian itu perlu dilengkapin dengan kesadaran disiplin murni pada dirinya agar dengan demikian mereka dapat menyadari batas-batas yang wajar dan memiliki tenggang rasa.
f)     Terdidik
Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus sekolah, secara menyeluruh baik dalam arti kuantitatif maupun dalam arti kualitatif generasi muda secara relatif lebih terpelajar karena lebih terbukanya kesempatan belajar dari generasi-generasi pendahulunya.
g)    Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat merupakan hambatan jika hal itu dihayati secara sempit dan ekslusif. Tapi, keanekaragaman masyarakat Indonesia dapat merupakan potensi dinamis dan kreatif jika keanekaragaman itu ditempatkan dalam rangka integrasi nasional yang didasarkan semangat dan jiwa Sumpah Pemuda 1928 serta semboyan Bhineka Tunggal Ika.
h)   Patriotisme dan nasionalisme
Pemupukan rasa kebanggan, kecintaan dan turut serta memiliki bangsa dan negara di kalangan generasi muda perlu lebih digalakkan, pada gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapannya untuk membela dan mempertahankan bangsa dan negara dari segala bentuk ancaman.
i)     Sikap kesatria
Kemurnian idealism, keberanian, semangat pengabdian, dan pengorbanan serta rasa tanggung jawab sosial yang tinggi adalah unsur-unsur yang peru dipupuk dan dikembangkan terus menjadi sikap kesatria di kalangan generasi muda Indonesia sebagai pembela dan penegak kebenaran dan keadilan bagi bangsa.
j)      Kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi
Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi bilai secara fungsional dapat dikembangkan sebagai transformator dan dinamisator terhadap lingkungganya yang terbelakang dalam ilmu dan pendidikan serta penerapan teknologi, baik yang maju ataupun sederhana.

Sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui belajar dan penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Proses sosialisasi sebenarnya berawal dari dalam keluarga.
Setiap individu dalam masyarakat yang berbedaa mengalami proses sosialisasi yang berbeda pula karena proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Oleh karena itu, proses sosialisasi melahirkan kedirian(self) dan kepribadian seseorang terhadap diri sendiri dan memangdang adanya pribadi orang lain di luar dirinya.
Proses sosialisasi tidak hanya berhenti pada keluarga, tetapi dapat dilakukan di sekolah, kelompok sebaya atau media massa. Sosialisasi dapat berlangsung secara formal dan informal. Secara formal, proses sosialisasi lebih teratur karena di dalamnya disajikan seperangkat ilmu pengetahuan secara teratur dan sistematis serta dilengkapi oleh perangkat norma yang tegas dan harus dipatuhi oleh setiap individu. Proses sosialisasi ini dilakukan dengan sadar dan sengaja. Sedangkan, proses sosialisasi informal bersifat tidak sengaja, terjadi apabila seseorang individu mempelajari pola-pola keterampilan, norma atau perilaku melalui pengamatan informal terhadap interaksi orang lain.
Tujuan pokok sosialisasi adalah  :
1)    Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
2)    Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kempuannya.
3)    Pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
4)    Bertingkah laku selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan mayarakat umunya.


   3.  PERGURUAN dan PENDIDIKAN

A.   Mengembangan Potensi Generasi Muda

Jika pada abad ke 20 ini, Planet Bumi dihuni oleh mayoritas penduduk berusia muda dengan perkiraan berusia 17 tahunan tentu akan menimbulkan beberapa pertanyaan. Dua di antara deretan pertanyaan yang muncul adalah : Apakah generasi muda itu telah mendapat kesempatan mengenyam dunia pendidikan dan keterampilan sebagai modal utama bagi insan pembangunan ? Sampai di mana penyelenggaraan pendidikan formal dan non formal berperan bagi pembangunan, terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang ?

Pada kenyataannya negara-negara sedang berkembang masih banyak medapat kesulitan untuk penyelenggaraan pengembang tenaga usia melalui pendidikan.
Di negara-negara maju, salah satu di antaranya adalah Amerika Serikat. Di negeri ini ada umumnya para generasi muda mendapat kesempatan luas dalam mengembangkan kemampuan dan potensi idenya. Para mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda, didorong, dirangsang dengan berbagai motivasi dan dipacu untuk maju dalam berlomba menciptakan suatu ide/gagasan yang harus diwujudkan dalam suatu bentuk barang dengan berorientasi pada teknologi mereka sendiri.

Gagasan dan pola kerja yang hampir serupa telah dikembangkan pula di negara-negara Asia, misalnya    : Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan. Jerih payah dan ketentuan para inovator pada sector teknologi industri itu yang membawa negara-negara tersebut tampil dengan mantap.

Sebagaimana upaya bangsa Indonesia untuk mengembangkan potensi generasi muda agar menjadi innovator-inovator yang memiliki keterampilan dan skill berkualitas tinggi.

Pembinaan sedini mungkin difokuskan kepada angkatan muda tingkat SLTP/SLTA dengan cara penyelenggaraan lomba karya ilmiah tingkat nasional oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Minat generasi muda untuk mengikuti lomba tersebut pun ternyata lebih banyak daripada perkiraan semula.

Pembinaan dan pengembangan potensi angkatan muda pada tingkat perguruan tinggi lebih banyak diarahkan dalam program-program studi dalam berbagai pendidikan formal atau pada laboratorium dan praktek lapangan.

Oleh karena itu, pembinaan dan perhatian khusus perlu diberikan bagi keutuhan dan pengembangan potensi generasi muda.


B.   Pendidikan dan Perguruan Tinggi
Namun demikian tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan factor yang sangat menentukan dalam proses pembangunan. Hal ini karena manusia bukan semata-mata menjadi obyek pembangunan, tetapi sekaligus merupakan subyek pembangunan yang harus terlibat aktif dalam setiap pembangunan.
Disini terletak arti penting dari pendidikan sebagai upaya untuk terciptanya kualitas sumber daya manusia sebagai prasarat utama dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalam pembangunannya secara ‘self propelling’ dan tumbuh menjadi bangsa yang maju apabila telah berhasil memenuhi pendidikan penududuknya.
Tetapi masalah pendidikan bukan saja masalah pendidikan formal, tetapi pendidikan membentuk manusia-manusia membangun. Rendahnya produktivitas rata-rata penduduk, “Under utilized population”, dan kurangnya semangat kewiraswastaan merupakan hal-hal yang memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh.
Sebagai suatu bangsa yang menetapkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan negara Indonesia, maka pendidikan nasional yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan dasar dan tujuan menurut Pancasila. Melalui pendidikan itu diharapkan bangsa Indonesia akan mampu melepaskan diri dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan melalui suatu alternative pembangunan yang lebih baik serta menghargai kemajuan yang antara lain bercirikan perubahan yang berkesinambungan.
Untuk itu maka diperlukan adanya perubahan-perubahan secara mendasar dan mendalam yang menyangkut perspesi, konsepsi serta norma-norma kependidikan dalam kaitannya dengan cita-cita bermasyarakat Pancasila.
Setidak-tidaknya dua faktor yang dapat kita amati sebagai faktor yang sangat penting dalam pembangunan dewasa ini : semakin banyaknya manusia yang membutuhka pendidikan dan semakin bervariasinya mutu pendidikan yang diharapkan mereka.









Komentar

Postingan Populer