SINEMA DIGITAL : PERKEMBANGAN 2D, 3D, 4D, 5D




Hai para pembaca, kali ini kita akan membahasa bagaimana perkembangan sinema digital baik 2D, 3D, 4D dan juga 5D. Sinema digital merujuk pada penggunaan teknologi digital untuk mendistribusikan dan menayangkan gambar bergerak. Sebuah film dapat didistribusikan lewat perangkat keras, piringan optik atau satelit serta ditayangkan menggunakan proyektor digital alih-alih proyektor film konvensional. Sinema digital berbeda dari HDTV atau televisi high definition. Sinema digital tidak bergantung pada penggunaan televisi atau standar HDTV, aspek rasio atau peringkat bingkai. Proyektor digital yang memiliki resolusi 2K mulai disebarkan pada tahun 2005, dan sejak tahun 2006 jangkauannya telah diakselerasi.

Sebelum adanya sinema digital dunia perfilman menggunakan alat kinetoskop temuan Thomas Alfa Edison yang pada masa itu digunakan oleh penonton individual. Film awal masih bisu dan tidak berwarna. Pemutaran film di bioskop untuk pertama kalinya dilakukan pada awal abad 20, hingga industri film Hollywood yang pertama kali, bahkan hingga saat ini merajai industri perfilman populer secara global. Pada tahun 1927 teknologi sudah cukup mumpuni untuk memproduksi film bicara yang dialognya dapat didengar secara langsung, namun masih hitam-putih. Hingga pada 1937 teknologi film sudah mampu memproduksi film berwarna yang lebih menarik dan diikuti dengan alur cerita yang mulai populer. Pada tahun1970-an, film sudah bisa direkam dalam jumlah massal dengan menggunakan videotape yang kemudian dijual. Tahun 1980-an ditemukan teknologi laser disc, lalu VCD dan kemudian menyusul teknologi DVD.

Perkembangan teknologi dan komputer juga berdampak pada film di dunia dengan menggunakan 2 dimensi berkembang menjadi 3 D. Film 2D biasanya terdapat pada film kartun , sedangkan 3D dapat berupa film kartun atau berupa manusia. Film 2D memberikan kelebihan dalam penayangan yaitu memiliki suara yang jernih, gambar lebih halus serta gambar yang telah di sensor hamper tidak terlihat. Kelemahannya film 2D yaitu kualitas hasil proyeksinya lebih kecil daripada film pada biasanya, dimana layar akan lebih kecil dikarenakan jika menggunakan layar lebih besar kualitasnya akan semakin berkurang. Film 3D, kualitas 3D memberikan tayangan tiga dimensi atau terlihat lebih nyata dengan menggunakan bantuan alat kacamata khusus. Jika tidak menggunakan kacamata khusus 3D gambar akan terlihat blur atau buram. Kacamata yang sering digunakan pada format film 3D adalah Red/Cyan dimana red di kiri dan cyan di kanan . kelemahannya adalah film format 3D tidak disertai dengan terjemahan atau subtitle dikarenakan jika disertai subtitle akan mengurangi kualitas film.

Teknologi 3D adalah kesenjangan visual dengan mata manusia, sehingga layar tampak nuansa tiga dimensi. Dibandingkan dengan teknologi 3D, 4D adalah sentuhan manusia juga ditambahkan ke film di masa lalu. Termasuk shock, jatuh, rambut, air, menggaruk dan pengenalan taktil lainnya bioskop 3D, penonton menonton layar film, mendengarkan suara film pada saat yang sama, Anda juga bisa merasakan lebih banyak konten, dalam rangka untuk lebih mengintegrasikan mereka ke dalam plot film.

5D bioskop adalah efek dinamis pada latar belakang dan 4D Film dinamis, penonton dari pendengaran, penglihatan, penciuman, sentuhan dan gerakan untuk mencapai lima efek mendalam. Dan gambar tiga dimensi yang sesuai dengan acara tersebut, juga akan mengguncang kursi ayunan seperti ketika penonton menonton film stereoscopic, bersama perubahan konten video secara real-time untuk merasakan badai, petir, hujan, shock, semprot kabut, dll terjadi di sekitar.





 DAFTAR PUSTAKA




SUMBER GAMBAR
www.google.co.id




Komentar

Postingan Populer